Hokkaido Trip: Hari Pertama

Gila baru inget kalo punya blog. LOL. Kalau dipikir-pikir, kapan ya terakhir kali semangat nulis, kayaknya udah luama buanget. Iya, emang.

Anyway.

Saya baru saja kembali ke Kansai dari Hokkaido. Perjalanan lima hari empat malam yang super menyenangkan bersama teman-teman yang saling menguatkan. Halah. Kalau ditanya “Gimana Hokkaido?” jawaban saya mah cuma satu: DINGIN BRO.

Hokkaido adalah prefektur terluas yang berada di bagian paling utara Jepang. Kalau mau main ke Rusia, tinggal nyeberang, udah nyampe dah di Rusia. Karena lokasinya inilah, iklim di Hokkaido cenderung paling sejuk dibanding daerah-daerah lain di Jepang. Di musim dingin suhunya mencapai sekitar -20 derajat (celsius) dan suhu di musim panas rata-rata “hanya” 20 derajat.

Biasanya orang Jepang pergi berlibur ke Hokkaido di musim panas karena mencari tempat berlibur yang sejuk. Sementara di musim dingin, mereka berwisata ke Okinawa karena suhunya cenderung hangat meskipun sedang musim dingin.

Ketika ditanya ‘self study trip pergi ke mana’ dan saya jawab ‘Hokkaido’, reaksi semua teman orang (Jepang) saya adalah ‘Eh! Ichiban samui desu yo! (Wah! Paling dingin tuh!)’. Maklum, puncak musim dingin di sini memang bulan Februari, jadi ya suhunya sedang dingin-dinginnya. Namun saya menguatkan hati dan terbelilah tiket pesawat PP Osaka-Sapporo.

Singkat cerita, pergilah kami, empat orang siswa asal negara tropis yang baru lima bulan belajar bahasa Jepang tapi udah kepedean pergi sana-sini yang berharap bisa melihat tumpukan salju di Hokkaido.

20170218092628.jpg
Halo, Hokkaido!

Dari Kansai International Airport kami terbang ke New Chitose Airport di Hokkaido dengan maskapai Jetstar yang punya jadwal penerbangan paling pagi dan yang paling murah. Sampai di Chitose kami segera menuju hotel untuk menitipkan koper, leyeh-leyeh sebentar, lalu bergegas menuju Danau Shikotsu untuk melihat Lake Shikotsu Ice Festival.

20170218124121
Bus yang mengantarkan kami ke Danau Shikotsu. 930 yen dari Statsiun Chitose.

Oh iya, perjalanan ke Hokkaido ini adalah dalam rangka self study trip yang disponsori oleh Okumura-san Japan Foundation Kansai sebagai bagian dari program pelatihan bahasa Jepang yang sedang kami (saya) jalani. Jadi bagi yang mencari informasi tentang ski resort di Hokkaido, mon map, nggak ada, karena kami nggak punya uang sempat untuk main ski. Kalau anda penyuka wisata sejarah, bolehlah baca tulisan ini sampai selesai.

Tujuan utama kami ke ice festival ini sebenarnya untuk menonton pertunjukan taiko (drum tradisional Jepang), tapi dewi fortuna sedang tidak bersama kami karena sedang siaran. Ketika kami bertanya tentang jadwal acara ternyata pada hari itu sedang tidak ada pertunjukan taiko. Yauwes akhirnya kami berkeliling, makan, foto-foto, jajan, kemudian malamnya nonton kembang api.

IMG-20170218-WA0028.jpg
(Foto: lupa pake kamera siapa, kayaknya punya Teh Tia)

Lake Shikotsu Ice Festival ini tidak semeriah Yuki Matsuri (Snow Festival) yang diadakan di Sapporo. Diselenggarakan di tepi Danau Shikotsu, pameran menampilkan menara-menara es yang dibentuk sedemikian rupa. Bentuknya pun abstrak, tidak seperti snow festival yang menampilkan karakter-karakter yang sedang hits.

img-20170223-wa0006
Semacam gedung dengan banyak jendela. (Foto: Nataly)
img-20170222-wa0041
Danau di tepi danau. (Foto: pake kamera Teh Tia)
20170218135851
Pohon pinus yang membeku.
img-20170223-wa0004
Nggak tau ini apa. Sebut saja igloo. (Foto: Nataly)

Atraksi utama dari ice festival di Danau Shikotsu ini adalah light up di malam hari. Menara-menara es tadi disorot dengan lampu warna-warni sehingga menjadi pemandangan yang picturesque (ceilah).

IMG-20170218-WA0016.jpg
(Foto: ini juga lupa pake kamera siapa)
img-20170223-wa0001
(Foto: pinjem punya Amnath)

Selain light up dan kembang api, di festival ini anak-anak juga bisa bermain skating atau seluncuran dari menara es. Kami pun sesungguhnya ingin ikutan main bareng anak-anak yang unyu-unyu itu, tapi ya apa daya, menurut panitia festival kami sudah cukup besar untuk punya anak sendiri. Eh.

20170218140646
The playground. Cerah, sih, tapi minus sepuluh derajat.
20170218125204
Jangan lupa makan.

Setelah nonton kembang api, kami pun kembali ke hostel dengan bus yang sama. Harusnya kami turun di halte yang sama ketika kami naik, tapi karena sotoy, kami turun di dua atau tiga halte sebelum halte yang seharusnya. Jadilah ekstra exercise di malam hari di tengah suhu minus. Yak. Smangat.

Hostel tempat kami menginap namanya Khaosan Chitose Family Hostel. Tarif semalamnya untuk kamar tipe dormitory (sekamar lima orang, bunk bed, toilet, shared shower room per lantai) kami membayar sekitar 3700 yen. Hostel ini tidak menyediakan sarapan, tapi ada dapur dan ruang semacam kafe yang bisa dipakai setiap saat.

IMG-20170222-WA0043.jpg
Bento disponsori oleh Lawson. (Foto: kamera Teh Tia)

Banyak turis yang menginap di hostel ini karena lokasinya yang dekat bandara dan ski resort. Ketika kami menginap, banyak dari mereka yang membawa perlengkapan ski mereka yang segede-gede gaban. Oh, staf-staf hotelnya juga ramah, lancar berbahasa Inggris, dan helpful.

20170218205736.jpg
Kami bahagia bersama kotatsu.

Kalau kamu mencari penginapan yang dekat bandara dengan harga terjangkau, menginaplah di sini. Naik kereta dari airport ke Stasiun Chitose lalu jalan kaki selama 15 menit atau bisa juga naik taksi. FYI, taksi di Hokkaido lebih murah dibanding Tokyo atau Osaka.

Selama di Hokkaido, selain ke Shikotsu, kami pergi ke Noboribetsu dan Sapporo (of course). Berhubung saya sudah lelah, cerita perjalanan ini akan kami lanjutkan lagi besok (kalo sempat).